BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semantik dalam Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Yunani ‘sema’ (kata benda) yang berarti ‘tanda’ . Pemakaian dasar Semantik dan Sintaksis Bahasa Indonesia tentunya masih di perlukan untuk memahami dunia yang penuh dengan informasi dan lalu-lintas kebahasaan yang terus berkembang. Bagi para pengajar sastra, pengetahuan semantik akan memberi manfaat teoritis, maupun praktis. Secara teoritis, teori-teori semantik akan membantu dalam memahami dengan lebih baik bahasa yang akan di ajarkannya. Dan manfaat praktisnya adalah kemudahan untuk mengajarkannya.
Istilah Semantik lebih umum di gunakan dalam studi linguistik daripada istilah untuk ilmu makna lainnya seperti Semiotika, Semiologi, Sememik, dansemik. Ini dikarenakan istilah-istilah yang lainnya itu mempunyai cakupan objek yang cukup luas, yakni mencakup makna tanda atau lambang pada umumnya. Termasuk tanda lalulintas, morse, tanda matematika, dan juga tanda-tanda yang lain sedangkan batasan cakupan dari semantik adalah makna atau arti yang berkenaan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal.
Berlainan dengan tatanan analisis bahasa lain, semantik adalah cabang ilmu linguistic yang memiliki hubungan dengan ilmu social, seperti Sosiologi dan Antropologi. Bahkan juga dengan filsafat dan Psikologi.
Sedangkan Sintaksis, adalah studi mengenai hubungan kata dengan kalimat. Sintaksis memiliki satuan yaitu frase, klausa, dan kalimat.
- RUMUSAN MASALAH
Pada Latar Belakang Masalah di atas, penulis dapat membuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah penertian dari sintaksis dan semantik dalam studi bahasa Indonesia?
2. Apakah pengertian dari frase, klausa, dan kalimat ?
3. Apakah pengertian dari Diksi ?
4. Jelaskan perbedaan jenis – jenis makna.
5. Jelaskan perbedaan jenis-jenis perubahan makna.
- TUJUAN PENULISAN
Pada Rumusan Masalah di atas, penulis dapat membuat Tujuan Penulisan sebagai berikut:
1. Penulis dapat menyimpulkan pengertian dari sintaksis dan semantik dalam studi bahasa Indonesia.
2. Penulis dapat mengerti tentang pengertian dari frase, klausa dan kalimat.
3. Penulis dapat memahami tentang pengertian diksi.
4. Penulis dapat menjelaskan perbedaan jenis-jenis makna.
5. Penulis dapat membedakan jenis-jenis perubahan makna.
- MANFAAT PENULISAN
Pembuatan makalah tentang sintaksis dan semantik baasa Indonesia, di harapkan dapat memberikan manfaat yang berlebih kepada para pembaca, sehingga para pembaca lebih mengerti dan lebih bisa memahami tentang sintaksis dan semantik dalam studi Bahasa Indonesia.
BAB2
PEMBAHASAN
A. SINTAKSIS
1. Pengertian Sintaksis
Istilah sintaksis berasal dari Bahasa belanda syntaxis. Dalam Bahasa Inggris digunakan istilah syntax. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase. (Ramlan. 2001). Sedangkan menurut Tarigan (1984) sistaksis adalah salah satu cabang dan tata bahasa yang membicarakan struktur kalimat, klausa dan frasa.
2. Pengertian Frase, Klausa dan Kalimat
A. Frase
Adalah kelompok kata yang menduduki suatu fungsi (subjek, predikat, pelengkap, objek dan keterangan) dan kesatuan makna dalam kalimat.
Jenis-jenis Frase :
Ramlan (1981) membagi frase berdasarkan kesetaraan distribusi unsur-unsurnya.
v Frase endosentrik
Adalah yang distribusi unsur-unsurnya setara dalam kalimat, dibagi menjadi 3 :
- Frase endosentrik koordinatif, frase yang unsur-unsurnya setara dapat dihubungkan dengan kata dan, atau misalnya :
· Rumah pekarangan
· Kakek nenek
· Suami isteri
- Frase endosentrik atributif, frase yang unsur-unsurnya tidak setara, sehingga tidak dapat disisipkan kata penghubungan dan, atau misalnya :
· Buku baru
· Sedang belajar
· Belum mengajar
- Frase endosentrik apositif, frase yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam kalimat tetapi dapat dihubungkan dengan kata dan dan atau.
Misalnya : Amin, anak Pak Darto sedang membaca.
Menjadi : Anak Pak Darto sedang membaca.
v Frase Eksosentrik
Adalah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya.
Misalnya : di pasar
ke sekolah
ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase terdiri atas : (Depdikbud, 1988).
v Frase Verbal
Adalah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya dan tidak merupakan klausa.
Misalnya : Bapak saya belum pergi
Ibu saya sedang mencuci
v Frase nominal
Adalah dua buah kata atau lebih yang intinya dari nominal atau benda dan satuan itu tidak membentuk klausa.
Misalnya : Kakek membeli tiga buah layang-layang
v Frase ajektival
Adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih sedang intinya adalah ajektival (sifat) dan satuan itu tidak membentuk klausa.
Misalnya : Baju itu sangat indah.
v Frase pronomina
Adalah dua kata atau lebih yang intinya pronomina dan hanya menduduki satu fungsi kalimat.
Misalnya : saya sendiri akan pergi ke pasar.
v Frase numeralia
Adalah dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat namun satuan gramtik itu intinya pada numeralia.
Misalnya : lima ekor ayam sedang terbang.
B. Klausa
Kridalaksana (1982 : 89) Klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.
Pengertian yang sama dikemukakan oleh Ramlan (1981 : 62) sebagai berikut : “Klausa dijelaskan sebagai satuan gramatik yang terdiri atas dari P, baik disertai S, O, PEL, dan KET atau tidak. Dengan ringkas klausa ialah (S) P (O), (PEL) (KET).
Berdasarkan pengertian diatas, klausa adalah satuan gramatik yang unsur-unsurnya minimal terdiri atas Subjek-Predikat dan mmaksimal unsurnya terdiri atas Subjek-Predikat-Objek-Pelengkap-Keterangan.
v Jenis Klausa
Klausa dilihat dari segi kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi Predikat terdiri atas klausa nominal, kalusa bilangan dan klausa depan (Ramlan, 1981).
(1) Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa golongan nomina.
Misalnya :
· Yang dibeli pedagang itu kayu
(2) Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa kategori verbal dan klausa verbal terbagi atas empat jenis yakni :
(a) Klausa verbal yang ajektif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal yang termasuk kategori sifat sebagai pusatnya.
Misalnya :
Rumahnya sangat luas.
(b) Klausa verbal intrasitif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan kata kerja intransitif sebagai unsur intinya.
Misalnya :
Adikku sedang bermain-main di lapangan
(c) Klausa verbal yang aktif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal yang transitif sebagai unsur intinya.
Misalnya :
Guru-guruku sedang mengikuti pelatihan PIPS.
(d) Klausa verbal yang reflektif adalah klausa yang predikatnya dari kata verbal yang tergolong kata kerja reflektif.
Misalnya :
Anak-anak itu sedang menyelamatkan diri.
(e) Klausa verbal yang resiprok adalah klausa yang predikatnyya dari kata golongan verbal yang termasuk kata kerja kelompok.
Misalnya
Mereka tolong menolong di sungai.
(3) Klausa bilangan adalah klausa yang predikatnya dari kata atau frasa golongan bilangan.
Misalnya :
Kaki meja itu empat buah
(4) Klausa depan klausa yang predikatnya dari kata atau frasa depan yang diawali kata depan sebagai penanda.
Misalnya :
Mobil itu dari Amerika
C. Kalimat Bahasa Indonesia
Ahli tata bahasa tradisional menyatakan bahwa kalimat adalah satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Kerap (1984 : 156) mendefinisikan kalimat sabagai satu bagian dari ujaran yang mendahului dan diikuti oleh kesenyapan*), sedangkan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap. Pengertian tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1982 : 72) bahwa “kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara potensial terdiri dari klausa. Misalnya dalam Tata Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan bahwa kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara kebahasaan.
Jenis-jenis Kalimat antara lain :
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu pola (SP, SPO, SPOK) atau kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa.
Jenis Kalimat Tunggal terdiri atas lima macam, yakni :
(1) Kalimat nominal yakni kalimat tunggal yang predikatnya dari kata benda
Misalnya :
Ibuku petani sawah
(2) Kalimat verbal yakni kalimat tunggal yang predikatnya dibentuk dari kata kerja / verbal.
(a) Kalimat intransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya tidak memerlukan objek, misalnya :
Ibunya sedang berenang di kolam
(b) Kalimat ekatransitif yakni kalimat tunggal yang predikatnya hanya memerlukan objek tanpa diikuti pelengkap, misalnya :
Ibu mencuci pakaian
(c) Kalimat dwitransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya memerlukan objek dan pelengkapnya, misalnya :
Ali membelikan adiknya baju tadi malam
(d) Kalimat semitransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya dari semitransitif, misalnya :
Ibu Aminah kedatangan tamu dari Jakarta
(e) Kalimat pasif adalah kalimat tunggal yang predikatnya biasanya dari kata kerja berawalan di-, misalnya
Motor itu dijual oleh Toko Mandala.
(3) Kalimat ajektif yakni kalimat tunggal yang predikatnya dari kata sifat atau ajektival, misalnya :
Rumahku besar sekali
(4) Kalimat preposisional yakni kalimat tunggal yang predikatnya dari kata depan atau preposisi, misalnya :
Tempat tinggalnya di Makasar.
Di samping itu, Menurt (Keraf, 1982) kalimat tunggal dilihat dari segi maknanya dapat dikelompokkan atas empat macam, yakni :
1. Kalimat berita
Kalimat berita adalah kalimat yang digunakan bila kita ingin mengutarakan suatu peristiwa atau kejadian yang kita alami dan atau yang dialami orang lain.
Misalnya :
Ali pergi ke Jakarta kemarin.
2. Kalimat tanya
Kalimat tanya, kalimat yang maksudnya atau berfungsi untuk menanyakan sesuatu, yang didalamnya terdapat tiga kemungkinan ciri :
(1) Menggunakan intonasi tanya, dan atau
(2) Menggunakan kata tanya, dan atau
(3) Menggunakan partikel –kah
Misalnya : seperti berikut
Ibu datang?
Dikelompokkan menurut sifatnya, sebagai berikut :
(a) Untuk menanyakan benda/hal : apa, untuk apa, tentang apa.
Misalnya :
Apa yang kamu cari di sini?
(b) Untuk menanyakan manusia : siapa, dengan siapa, untuk siapa.
Misalnya :
Siapa yang kau cari kemarin sore?
(c) Untuk menanyakan jumlah : berapa, berapa banyak
Misalnya :
Berapa buku yang Anda perlukan bulan depan?
(d) Untuk menanyakan pilihan : mana, yang mana
Misalnya :
Mana yang kau senangi, membeli baju atau celana?
(e) Untuk menanyakan tempat : di mana, ke mana, dari mana
Misalnya :
Di mana engkau akan tinggal bulan depan?
(f) Untuk menanyakan temporal : bila, kapan, bilamana, apabila
Misalnya :
Bila dia selesai studinya di UGM?
(g) Untuk menanyakan kausalitas : mengapa, apa sebab, akibat apa
Mengapa Anda tidak mau menjadi guru?
Kalimat tanya terdiri atas tiga macam :
(1) Kalimat tanya biasa : kalimat yang benar-benar menanyakan sesuatu.
(2) Kalimat tanya retoris : kalimat yang menanyakan menggunakan ciri kalimat tanya tetapi tidak perlu dijawab.
(3) Kalimat yang senilai perintah : bentuknya bertanya tetapi maksudnya menyuruh, misalnya “Apakah jendela itu bisa dibuka sekarang?”
3. Kalimat perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang maksudnya menyuruh orang lain melakukan sesuatu.
Misalnya :
Pergilah ke sekolah!
Kalimat perintah mempunyai beberapa jenis :
(1) Suruhan
Pergi dari sini!
(2) Permintaan
Tolong bawa surat ini ke kantor pos
(3) Memperkenankan
Masuklah ke dalam kalau Anda perlu!
(4) Ajakan
Marilah kita istirahat sejenak!
(5) Larangan
Jangan pergi hari ini!
(6) Bujukan
Tidurlah ibu menjagamu, sayang!
(7) Harapan
Mudah-mudahan Anda selamat sampai di tujuan!
4. Kalimat seru
Kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan kagum. Karena rasa kagum berkaitan dengan sifat, maka kalimat seru hanya dapat dibuat dari kalimat yang predikatnya adjektiva (Depdikbud, 1988).
Contoh :
Sungguh cerdas anak itu!
3. Kalimat Majemuk
Kaimat majemuk adalah kalimat yang di dalamnya terdapat lebih dari satu pola kalimat, misalnya : SP + SP, SPO + SPO, atau kalimat yang di dalamnya terdapat induk kalimat (diterangkan) dan anak kalimat (menerangkan).
Contoh :
Saya minum teh dan bapak minum kopi (majemuk setara)
Kalimat majemuk menurut Keraf (1982) terdiri atas tiga jenis yakni :
Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara terbagi atas empat jenis :
(a) Kalimat majemuk setara penambahan adalah kalimat majemuk setara yang menggunakan kata-kata penghubung : dan, lagi pula, serta. Misalnya :
Adi belajar IPS dan Erni belajar IPA
(b) Kalimat majemuk setara pemilihan adalah kalimat majemuk setara yang menggunakan kata-kata penghubung atau baik …maupun.
Misalnya :
Engkau mau pergi ke Jakarta atau mau pergi ke Semarang?
(c) Kalimat majemuk setara perlawanan adalah kalimat mejemuk setara yang menggunakan kata penghubung : tetapi, namun, padahal.
Misalnya :
Dia mau belajar tetapi diberi hadiah dulu.
(d) Kalimat majemuk setara sebab akibat adalah kalimat majemuk setara yang menggunakan kata penghubung : sebab, karena, berhubung, akibat.
Misalnya :
Saya tidak pergi karena sakit
Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat yang terdiri atas dua pola kalimat atau lebih, satu sebagai induk kalimat (diterangkan) dan satu sebagai anak kalimat (menerangkan)
Misalnya :
Rumah kami kosong waktu pencuri masuk
Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran merupakan kalimat yang terdiri atas sebuah pola atasan dan sekurang-kurangnya dua pola bawahan, atau sekurang-kurangnya dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan (Keraf, 1981)
Misalnya :
Universitas Negeri Makassar telah melaksanakan seminar nasional tentang peningkatan mutu pendidikan, yang dihadiri Menteri Pendidikan Nasional, Gubernur Sulawesi, pejabat tinggi lainnya, serta pencinta pendidikan di kota Makassar dan sekitarnya.
B. SEMANTIK
Pengertian Semantik
Semantik bahasa Indonesia adalah bagian dari tatabahasa yang mengkaji makna suatu kata dan perubahan atau pengembangan makna kata yang mungkin terjadi.
Adapun aspek-aspek yang dibahas dalam bidang semntik bahasa Indonesia adalah sebagai berikut .
1. DIKSI
Diksi ialah pilihan kata yang tepat untuk mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu.(KBBI,1997:233.).Diksi menyangkut kecermatan dan ketelitian memilih sejumlah kata yang relatif sinonim dalam konteks tertentu sehingga dapat memberikan kesan yang khusus,estetis,dan tepat.
Misalnya :Penggunaan kata mati,meninggal dunia,wafat,tewas,mangkat,pulang ke rahatullah,mampus,tutup usia,tutup mata.
Kaitannya dengan diksi atau pilihan kata,perlu dipahami dengan baik tentang perbedaan antara :
a. Kata baku dan nonbaku
Kata baku ialah kata yang sesuai kaidah tatabahasa dan nonbaku ialah kata yang tidak sejalan standar kaidah bahasa yang tepat,misalnya :
BAKU TIDAK BAKU
Rapi rapih
Imbau imbau
Andal handal
Objek obyek
Izin izin
b. Kata abstrak dan konkret
Kata abstrak adalah kata yang tidah mempunyai rujukan /objek yang jelas secara inderawi, sedang kata konkret ialah kata yang rujukaanya berupa objek yang dapat diserap pancaindera,atau nyata,misalnya:
Abstrak : kesehatan,keadilan,dan kecintaan,dan sebagainya.
Konkret : berdiskusi,buku,pesawat terbang,dan sebagainya.
Pengertian kelima istilah yang ada di atas menurut Keraf(1980)dan Tarigan(1986)adalah sebagai berikut.
1) Sinonim
Adalah kata yang tulisan dan lafalnya berbeda namun maknanya relatif mirip atau sama.
Misalnya :
· Cerdas
· Pintar
· Cakap
· Cerdik
· Mahir
2) Antonim
Adalah kata yang tulisan dan ucapannya sama sedang maknanya berlawanan.
Misalnya :
· Besar X kecil
· Tinggi X rendah
· Kurus X gemuk
· Salah X benar
3) Homograf
Adalah kata yang sama tulisan tetapi berbeda ucapan dan maknanya.
Misalnya :
· Mental (trpelanting)dengan mEntal (jiwa).
· Dekan (ulat)dengan dEkan (pmpinan fakultas).
4) Homofon
Adalah kata yang relatif sama bunyinya tetapi tulisan dan maknanya berbeda.
Misalnya :
· Bang (mobil) dengan bank (BRI)
5) Homonim
Adalah kata yang tulisan dan ucapan sama tetapi maknanya berbeda.
Misalnya :
· Buku I (kitab) dengan buku II (sendi bambu).
· Bias (dapat) dengan bisa (racun)
2. JENIS-JENIS MAKNA
a. Makna leksikal dan makna gramatikal
Makna lesikal adalah makna kata secara lepas tanpa ikatan dengan kata yang lainnya atau kata yang belum mengalami afiksasi, atau perulangan.
Misalnya : makan, satu, mata.
Makna gramatikal adalah makna baru yang timbul akibat terjadinya peristiwa gramatika (pengimbuhan, reduplikasi, atau pemajemukan).
Misalnya : mkanan, satu-satu, matahari.
b. Makna lugas dan makna kias
Makna lugas adalah makna yang acuannya (referen) cocok dengan makna dasarnya .
Misalnya : kaki(alat berjalan), mata(alat melihat).
Makna kias adalah makna yang acuannya (referen)tidak sesuai dengan acuan dasarnya.
Misalnya :
· Mata –mata (penyelidik)
· Kaki tangan (orang suruhan dalam hal negatif)
c. Makna denotatif dan konotatif
Makna denotatif adalah makna kata yang tidak mengandung nilai rasa (positif dan negatif).
Makna konotasi adalah makna kata yang mengandung nilai rasa (positif dan negatif).
Misalnya : kata pembantu, asisten, dan babu.Kata pembantu bermakna denotasi ttapi asisten dan babu bermakna konotasi positif dan negatif.
Tarigan (1986) membagi konotasi atas dua bagian yaitu :
1) Konotasi baik terdiri atas konotasi tinggi dan konotasi ramah.
Misal :
Ø Konotasi tinggi : ikhtiar, imajinasi cakrawala
Ø Konotasu ramah : akur, besuk, cicil
2) Konotasi tidak baik
Ø Konotasi berbahaya
Misalnya :
· Longsor
· Hantu
Ø Konotasi tidak pantas
Misalnya :
· Kencing
· Sundal
Ø Konotasi tidak enak.misalnya : mata duitan, mata keranjang.
Ø Konotasi kasar . misalnya : buta huruf , bodoh.
Ø Konotasi keras misalnya : bobrok, kacau-balau.
3) Konotasi netral atau biasa
Ø Konotasi bentukan sekolah misalnya : agak lumayan,pegawai negeri.
Ø Konotasi kanak-kanak, misalnya : bobo, mami, papi.
Perubahan Makna
Kata tertentu biasanya mengalami perubahan makna tertentu karen adanya perkembangan kondisi masyarakat dalam situasi tertentu.Keraf (1982)mengemukakan perubahan makna terdiri atas enam jenis,yaitu :
1. Meluas
Adalah kata yang maknanya menjad luas pemakainya.
Contoh :
· Ibu dahulu hanya menunjukan ibu kandung tetapi sekarang juga digunakan untuk semua perempuan dewasa.
· Bapak dahulu hanya menunjukan ayah kandung tetapi sekarang juga digunakan untuk semua pria yang sudah dewasa .
2. Menyempit
Adalah kata yang maknanya semakin dan mengalami proses penyempitan penggunaannya.
Contoh :
· Sarjana dahulu hanya digunakan untuk semua orang cedekiawan tetapi sekarang hanya untuk lulusan universitas .
· Berlayar dahulu hanya digunakan dalam konteks perahu yang menggunakan layar, tetapi sekarang juga digunakan untuk kapal besi yang menggunakan mesin atau motor.
3. Amelioratif
Adalah makna suatu kata yang semakin positif dan baik .
Contoh :
· Kata gendut dan gemuk . Gemuk mengalami peninggian makna dibanding gendut .
4. Peyoratif
Adalah makna kata yang mengalami penurunan nilai atau semakin jelek .
Contoh :
· Buta dianggap lebih jelek dibandingkan tunanetra .
· Gelandangan dianggap lebih jelek dibandingkan tunawisma.
5. Sinestesia
Adalah perubahan makna yang terjadi akibat pertukaran tanggapan antara dua indera yang berbeda.
Contoh :
· Kata”manis” (pengecap) tetapi dapat pula dipakai pada kalimat
“Perkataannya sangat manis “(pendengaran)
6. Asosiasi
Adalah perubahan makna yang terjadi akibat persamaan sifat antara makna yang lama dengn makna yang baru .
Contoh :
· Kursi dapat pula dipakai dengan makna “jabatan”.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana,kalimat,klusa,dan frase.Frase adalah kelompok kata yang menduduki fungsi tertentu (subjek,predikat,pelengkap, objek, dan keterangan .Sedangkan klausa adalah satuan gramatik yang minimal terdiri dari subjek-predikat dan maksimal terdiri atas subjek, predikat, objek, dan keterangan dan mempunyai potensi sebagai kalimat.
Adapun kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual dan potensial terdiri dari klausa.
Semantik merupakan bagian dari tatabahasa yang mengkaji makna suatu kata dan perubahan atau pengembangan makna kata yang mungkin terjadi.Bagian-bagian yang dibahas dalam bidang semantik meliputi diksi, jenis makna, dan perubahan makna.Diksi menyangkut:kata baku-non baku, kata konkret-abstrak,sinonim, antonim, homofon, homograf, dan homonim.Jenis makna meliputi makna lesikal-gramatikal, makna lugas kias, makna denotatif-konotatif . Sedang perubahan makna meliputi: menyempit, meluas, peyoratif, amelioratif, sinestesia, asosiasi.
B. Saran
Dengan hadirnya makalah ini, diharapkan kita mampu memahami apa itu sematik dan sintaksis. Maka dari itu, penulis menyarankan beberapa hal diantaranya, yaitu:
1. Sematik dan sintaksis diperkenalkan sedini mungkin
2. Memberikan pemahaman kepada pelajar bahwa mempelajari sematik dan sintaksis penting.
3. Memberikan metode pembelajaran sematik dan sintaksis yang efektif.
Itulah beberapa saran dari penulis.Penulis berharap dengan saran-saran tersebut, mampu menumbuhkan sinergi antara pengajar dan pelajar. Sehingga, mempelajari sematik dan sintaksis menjadi kegiatan yang bermanfaat optimal.
MAKALAH
SINTAKSIS DAN SIMANTIK BAHASA INDONESIA
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu:Drs.Suwandi
Disusun oleh:
Siti Nadya Apriyani (1401411042)
Aulia Tu’lina Fanani (1401411015)
Yusika Yanuarsih (1401411044)
Arum Mariah Ulfah (1401411007
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011